Sejarah ringkasnya, setelah perang Diponegoro selesai, tanah Bagelen dibagi menjadi 4 wilayah oleh pemerintah Hindia Belanda dimana salah satunya adalah Kadipaten Brengkelan yang dipimpin oleh Tumenggung Cokrojoyo. Karena Tumenggung Cokrojoyo tak menyukai nama Brengkelan, nama Brengkelan diganti menjadi Purworejo dan Tumenggung Cokrojoyo menjadi bupati pertama Purworejo dengan gelar Raden Adipati Aryo Cokronegoro Kapisan, atau Bupati Cokronegoro 1.
Kemudian, Cokronegoro 1 mulai membangun kota Purworejo, mulai dari membangun mesjid Agung Kadipaten, pendopo Agung Kadipaten, kantor Kabupaten, hingga membuat saluran irigasi kedhung putri. Berikut adalah sejarah lengkap mengenai riwayat Purworejo dan sepak terjang Cokronegoro 1 dalam membangun Purworejo.
Setelah tanah Bagelen dibagi menjadi 4 wilayah kadipaten, yaitu
- Kadipaten Brengkelan, dipimpin oleh Raden Adipati Cokrojoyo
- Kadipaten Semawung, dipimpin oleh Raden Adipati Notonegoro atau Sawunggalih 2.
- Kadipaten Karangdhuwur, dipimpin oleh Raden Adipati Mangunegoro
- Kadipaten Ungaran atau Ngaran, dipimpin oleh Raden Adipati Arung Binang.
Maka, segera dilakukan pelantikan Raden Adipati Cokrojoyo untuk menjabat sebagai penguasa Kadipaten Brengkelan. Sumpah jabatan Cokrojoyo diambil oleh Kyai Haji Achmad Badarudin. Pelantikan Cokrojoyo menjadi bupati pertama Purworejo dilaksanakan pada hari Rabu Wage tanggal 9 juni 1830 M.
Setelah pelantikan selesai, Raden Adipati Cokrojoyo mengganti gelar menjadi Raden Adipati Aryo Cokronegoro Kapisan, atau Bupati Cokronegoro 1. Karena nama Brengkelan dianggap mempunyai konotasi tidak baik, nama Brengkele mempunyai makna suka membantah, susah diatur, oleh karena itu nama Brengkelan diubah menjadi Purworejo, yang berarti awal dari kemakmuran.
Perubahan nama Brengkelan menjadi Purworejo ditulis oleh Cokronegoro 1 dalam naskah Kedung Kebo. Perubahan nama dan peresmian Brengkelan menjadi Purworejo dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 14 romadhon 1246 H, atau bertepatan dengan tanggal 27 februari 1831 M.
Setelah mengganti nama Brengkelan menjadi Purworejo, Cokronegoro 1 mulai membangun kota Purworejo. yaitu
1. Membangun mesjid Agung Kadipaten, Pendopo Kadipaten, dan palenggahan Kadipaten.
Menurut naskah Kedung Kebo yang ditulis oleh Cokronegoro 1, pembuatan masjid Agung dilaksanakan pada hari ahad tanggal 1 april 1835 M, lengkap dengan bedug Purworejo atau bedug Bagelen. Pendopo Agung Kadipaten, dibuat pada sekitar 1840 M, kemudian diperbaiki oleh Bupati ke 2 Purworejo, yaitu KRAA Cokronegoro ke 2, anak dari Cokronegoro 1. Didepan Pendopo Agung dibuat alun-alun serta ditanami pohon beringin.
2. Membuat saluran irigasi Kedhung Putri.
Menurut kitab dalam Babad Kedhung Kebo yang dibuat oleh Cokronegoro 1, irigasi Kedhung Putri, dibuat mulai dari sepanjang tepi gunung di Penungkulan kemudian hingga bukit Geger Menjangan, lalu menembus kota Purworejo, manfaatnya bisa diambil oleh masyarakat Purworejo hingga sekarang.
Awal pembuatan irigasi kedhung putri dimulai pada hari kamis tanggal 3 mei 1832 M dengan mengerahkan sekitar 5.000 tenaga kerja dan dibantu oleh 4 Wedana. Pembuatan irigasi kedung putri membutuhkan waktu kira-kira lebih dari 1.5 tahun yang selanjutnya perbaikan dan penyempurnaan dilakukan oleh para Bupati setelah Cokronegoro 1.
Ki Amat Sleman adalah seorang dukun yang tinggal di desa Secang, berkedok sebagai syeh dan menyebut dirinya sebagai Syeh Ngarif. AMat Sleman menghasut masyarakat untuk memberontak dengan melakukan tindakan p3ramp0kan di beberapa wilayah. Setelah mendapat laporan tentang kegiatan Amat Sleman, Cokronegoro 1 segera melakukan pengejaran untuk menumpas gerombolan p3ramp0k ini, namun belum berhasil.
Pada suatu hari, Amat Sleman beserta gerombolannya m3ramp0k dan menjarah warga Tioghwa dan menjadikan tawanan serta membawa lari menuju Bagelen. Namun, setelah sampai di desa Kalinongko, penduduk membunyikan kitir tanda bahaya sehingga Amat Sleman melarikan diri ke desa Kebon Agung. Lalu, cokronegoro beserta pasukannya mengejar ke Kebon Agung, namun Amat Sleman berhasil melarikan diri ke desa Wates.
Dalam pengejaran, Ki Amat Sleman sangat cerdik dan licin sehingga sulit untuk ditangkap. Namun, pada akhirnya, Amat Sleman berhasil ditangkap di daerah Mataram dan dijatuhi hukuman gantung. Kisah gerombolan p3ramp0k AMat Sleman ditulis oleh Cokronegoro 1 dalam naskah Babad Kedung Kebo.
Raden Aryo Cokronegoro 1 dilahirkan pada hari rabu pahing, tanggal 17 mei 1779 M, di desa Bragolan, distrik Jenar. Beliau memerintah Kabupaten Purworejo selama 26 tahun, mulai 31 agustus 1830 M hingga tahun 1856 M. Bupati Cokronegoro 1 meninggal pada tanggal 23 september 1862 M dan dimakamkan di pesarean Bulus Hadipurwo, satu lobang dengan adiknya, Raden Tumenggung Prawironegoro.
Masa pemerintahan Cokronegoro 1 dalam memimpin Purworejo dinilai baik. Menurut catatan dalam naskah Babad KEdung Kebo, hasil bumi cukup murah dan melimpah dan dirasakan kesejahteraannya oleh warga Purworejo.
Raden Adipati Aryo Cokronegoro 1 bertempat tinggal di kampung Suronegaran, hingga saat ini rumah beliau masih ada di Purworejo, namun sudah diubah menjadi sebuah penginapan dengan nama Hotel Suronegaran. Hotel Suronegaran berlokasi di sebelah utara alun-alun Purworejo, alamat tepatnya berada di Jalan Urip Sumoharjo no 47 Purworejo. Salam !
Kemudian, Cokronegoro 1 mulai membangun kota Purworejo, mulai dari membangun mesjid Agung Kadipaten, pendopo Agung Kadipaten, kantor Kabupaten, hingga membuat saluran irigasi kedhung putri. Berikut adalah sejarah lengkap mengenai riwayat Purworejo dan sepak terjang Cokronegoro 1 dalam membangun Purworejo.
Cokronegoro 1 dilantik menjadi Bupati pertama Purworejo.
Setelah tanah Bagelen dibagi menjadi 4 wilayah kadipaten, yaitu
- Kadipaten Brengkelan, dipimpin oleh Raden Adipati Cokrojoyo
- Kadipaten Semawung, dipimpin oleh Raden Adipati Notonegoro atau Sawunggalih 2.
- Kadipaten Karangdhuwur, dipimpin oleh Raden Adipati Mangunegoro
- Kadipaten Ungaran atau Ngaran, dipimpin oleh Raden Adipati Arung Binang.
Maka, segera dilakukan pelantikan Raden Adipati Cokrojoyo untuk menjabat sebagai penguasa Kadipaten Brengkelan. Sumpah jabatan Cokrojoyo diambil oleh Kyai Haji Achmad Badarudin. Pelantikan Cokrojoyo menjadi bupati pertama Purworejo dilaksanakan pada hari Rabu Wage tanggal 9 juni 1830 M.
Setelah pelantikan selesai, Raden Adipati Cokrojoyo mengganti gelar menjadi Raden Adipati Aryo Cokronegoro Kapisan, atau Bupati Cokronegoro 1. Karena nama Brengkelan dianggap mempunyai konotasi tidak baik, nama Brengkele mempunyai makna suka membantah, susah diatur, oleh karena itu nama Brengkelan diubah menjadi Purworejo, yang berarti awal dari kemakmuran.
Perubahan nama Brengkelan menjadi Purworejo ditulis oleh Cokronegoro 1 dalam naskah Kedung Kebo. Perubahan nama dan peresmian Brengkelan menjadi Purworejo dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 14 romadhon 1246 H, atau bertepatan dengan tanggal 27 februari 1831 M.
Mulai membangun kota Purworejo.
Setelah mengganti nama Brengkelan menjadi Purworejo, Cokronegoro 1 mulai membangun kota Purworejo. yaitu
1. Membangun mesjid Agung Kadipaten, Pendopo Kadipaten, dan palenggahan Kadipaten.
Menurut naskah Kedung Kebo yang ditulis oleh Cokronegoro 1, pembuatan masjid Agung dilaksanakan pada hari ahad tanggal 1 april 1835 M, lengkap dengan bedug Purworejo atau bedug Bagelen. Pendopo Agung Kadipaten, dibuat pada sekitar 1840 M, kemudian diperbaiki oleh Bupati ke 2 Purworejo, yaitu KRAA Cokronegoro ke 2, anak dari Cokronegoro 1. Didepan Pendopo Agung dibuat alun-alun serta ditanami pohon beringin.
2. Membuat saluran irigasi Kedhung Putri.
Menurut kitab dalam Babad Kedhung Kebo yang dibuat oleh Cokronegoro 1, irigasi Kedhung Putri, dibuat mulai dari sepanjang tepi gunung di Penungkulan kemudian hingga bukit Geger Menjangan, lalu menembus kota Purworejo, manfaatnya bisa diambil oleh masyarakat Purworejo hingga sekarang.
Awal pembuatan irigasi kedhung putri dimulai pada hari kamis tanggal 3 mei 1832 M dengan mengerahkan sekitar 5.000 tenaga kerja dan dibantu oleh 4 Wedana. Pembuatan irigasi kedung putri membutuhkan waktu kira-kira lebih dari 1.5 tahun yang selanjutnya perbaikan dan penyempurnaan dilakukan oleh para Bupati setelah Cokronegoro 1.
Kisah Cokronegoro 1 menumpas gerombolan Ki Amat Sleman.
Ki Amat Sleman adalah seorang dukun yang tinggal di desa Secang, berkedok sebagai syeh dan menyebut dirinya sebagai Syeh Ngarif. AMat Sleman menghasut masyarakat untuk memberontak dengan melakukan tindakan p3ramp0kan di beberapa wilayah. Setelah mendapat laporan tentang kegiatan Amat Sleman, Cokronegoro 1 segera melakukan pengejaran untuk menumpas gerombolan p3ramp0k ini, namun belum berhasil.
Pada suatu hari, Amat Sleman beserta gerombolannya m3ramp0k dan menjarah warga Tioghwa dan menjadikan tawanan serta membawa lari menuju Bagelen. Namun, setelah sampai di desa Kalinongko, penduduk membunyikan kitir tanda bahaya sehingga Amat Sleman melarikan diri ke desa Kebon Agung. Lalu, cokronegoro beserta pasukannya mengejar ke Kebon Agung, namun Amat Sleman berhasil melarikan diri ke desa Wates.
Dalam pengejaran, Ki Amat Sleman sangat cerdik dan licin sehingga sulit untuk ditangkap. Namun, pada akhirnya, Amat Sleman berhasil ditangkap di daerah Mataram dan dijatuhi hukuman gantung. Kisah gerombolan p3ramp0k AMat Sleman ditulis oleh Cokronegoro 1 dalam naskah Babad Kedung Kebo.
Masa akhir pemerintahan Cokronegoro 1.
Raden Aryo Cokronegoro 1 dilahirkan pada hari rabu pahing, tanggal 17 mei 1779 M, di desa Bragolan, distrik Jenar. Beliau memerintah Kabupaten Purworejo selama 26 tahun, mulai 31 agustus 1830 M hingga tahun 1856 M. Bupati Cokronegoro 1 meninggal pada tanggal 23 september 1862 M dan dimakamkan di pesarean Bulus Hadipurwo, satu lobang dengan adiknya, Raden Tumenggung Prawironegoro.
Raden Adipati Aryo Cokronegoro 1 bertempat tinggal di kampung Suronegaran, hingga saat ini rumah beliau masih ada di Purworejo, namun sudah diubah menjadi sebuah penginapan dengan nama Hotel Suronegaran. Hotel Suronegaran berlokasi di sebelah utara alun-alun Purworejo, alamat tepatnya berada di Jalan Urip Sumoharjo no 47 Purworejo. Salam !
0 Comments