Wisata museum Tosan Aji, berlokasi di jalan Mayjend Sutoyo, sebelah selatan polres Purworejo. Wisata museum tosan aji memiliki aneka peninggalan benda-benda pusaka dari jaman kuno semisal aneka keris, tombak, pedang, samurai, batu yoni ( andesit ), pakaian keraton, gamelan kuno dan lain-lain.
Namun, aku tertarik dengan koleksi keris yang berada di museum tosan aji dan belum tertarik dengan benda-benda peninggalan kuno lainnya. Ada sekitar 650 bilah keris yang dikoleksi di museum tersebut.
Sebetulnya, aku sangat tidak paham dengan performa atau apa pun tentang jenis-jenis keris. Namun, atas bimbingan Mas Teguh, seorang staf yang bekerja di museum tosan aji, akhirnya aku mulai sedikit paham dengan performa dan seluk-beluk keris yang muncul di Jawa Tengah meskipun aku belum memahami secara sempurna dan detail.
Saat masuk ke ruang koleksi keris, 2 bilah keris yang dipajang di awal ruangan adalah keris nogososro dan sabuk inten. Sekilas aku jadi teringat sebuah kisah kethoprak dimana menceritakan petualangan dan pengembaraan seorang prajurit yang bernama Mahesa Jenar dari Kesultanan Demak dalam rangka mencari keris pusaka kerajaan, yaitu keris nogososro dan sabuk inten yang dicuri oleh seseorang yang bernama Mantingan. Kisah ini diambil dari sebuah buku karangan SH Mintardja yang sangat populer di sekitar tahun 1960 dan cerita itu pernah diangkat menjadi sebuah film indonesia.
Keris nogososro di tosan aji, mempunyai ciri-ciri atau dapur luk 13, tetapi juga ada yang mempunyai luk 9. Bagian gandik diukir dengan bentuk kepala naga, sedangkan bentuk badan naga mengikuti tengah bilak dari luk hingga ke ujung keris. Keris sabuk inten, mempunyai ciri-ciri khusus yaitu bilah keris mempunyai luk 11, meskipun juga ada yang mempunyai luk 13 yang sering disebut dengan keris dapur sengkelat. Keris sabuk inten di museum Tosan Aji mempunyai kembang kacang, dua lambe gajah, sogokan rangkap dan terdapat ri pandan.
Jamasan atau cara perawatan keris nogososro dan sabuk inten agar bersih dari karat sehingga keris menjadi lebih awet dimuseum tosan aji adalah sebagai berikut
1. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan saat melakukan jamasan keris
- Kain lap halus
- Amplas
- Kowen atau tlawah atau blandongan
- Sikat halus
- Lem dan plitur untuk perawatan ukiran atau pegangan
- Warangan
- Minyak wangi cendana
- Kayu nipis
- Perasan air nanas, air kelapa, atau perasan air dari buah pace ( bisa diganti dengan sitrat )
2. Tata cara dan perlakuan jamasan
- Keris dibuka dari warongko, kemudian membuka pegangan
- Bilah keris direndam dalam air nanas, atau air kelapa, atau air pace, atau asam sitrat secukupnya.
- Bilah keris diambil dari rendaman kemudian disikat dengan sikat lembut dan jeruk nipis agar kotoran dan karat menjadi hilang.
- Kemudian, bilah keris dibilas dengan air bersih, lalu bilah keris diolesi dengan warangan dan diangin-anginkan di sebuah tempat yang bernama cagrak agar supaya menjadi kering.
- Setelah kering, bilah keris diolesi dengan minyak wangi cendana
- Bilah keris nogososro dan sabuk inten bisa dipasang di ukiran atau pegangan dan dimasukkan kembali ke dalam warongko.
Namun, aku tertarik dengan koleksi keris yang berada di museum tosan aji dan belum tertarik dengan benda-benda peninggalan kuno lainnya. Ada sekitar 650 bilah keris yang dikoleksi di museum tersebut.
Saat masuk ke ruang koleksi keris, 2 bilah keris yang dipajang di awal ruangan adalah keris nogososro dan sabuk inten. Sekilas aku jadi teringat sebuah kisah kethoprak dimana menceritakan petualangan dan pengembaraan seorang prajurit yang bernama Mahesa Jenar dari Kesultanan Demak dalam rangka mencari keris pusaka kerajaan, yaitu keris nogososro dan sabuk inten yang dicuri oleh seseorang yang bernama Mantingan. Kisah ini diambil dari sebuah buku karangan SH Mintardja yang sangat populer di sekitar tahun 1960 dan cerita itu pernah diangkat menjadi sebuah film indonesia.
Keris nogososro di tosan aji, mempunyai ciri-ciri atau dapur luk 13, tetapi juga ada yang mempunyai luk 9. Bagian gandik diukir dengan bentuk kepala naga, sedangkan bentuk badan naga mengikuti tengah bilak dari luk hingga ke ujung keris. Keris sabuk inten, mempunyai ciri-ciri khusus yaitu bilah keris mempunyai luk 11, meskipun juga ada yang mempunyai luk 13 yang sering disebut dengan keris dapur sengkelat. Keris sabuk inten di museum Tosan Aji mempunyai kembang kacang, dua lambe gajah, sogokan rangkap dan terdapat ri pandan.
Tata cara jamasan keris nogososro dan sabuk inten
Jamasan atau cara perawatan keris nogososro dan sabuk inten agar bersih dari karat sehingga keris menjadi lebih awet dimuseum tosan aji adalah sebagai berikut
1. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan saat melakukan jamasan keris
- Kain lap halus
- Amplas
- Kowen atau tlawah atau blandongan
- Sikat halus
- Lem dan plitur untuk perawatan ukiran atau pegangan
- Warangan
- Minyak wangi cendana
- Kayu nipis
- Perasan air nanas, air kelapa, atau perasan air dari buah pace ( bisa diganti dengan sitrat )
2. Tata cara dan perlakuan jamasan
- Keris dibuka dari warongko, kemudian membuka pegangan
- Bilah keris direndam dalam air nanas, atau air kelapa, atau air pace, atau asam sitrat secukupnya.
- Bilah keris diambil dari rendaman kemudian disikat dengan sikat lembut dan jeruk nipis agar kotoran dan karat menjadi hilang.
- Kemudian, bilah keris dibilas dengan air bersih, lalu bilah keris diolesi dengan warangan dan diangin-anginkan di sebuah tempat yang bernama cagrak agar supaya menjadi kering.
- Setelah kering, bilah keris diolesi dengan minyak wangi cendana
- Bilah keris nogososro dan sabuk inten bisa dipasang di ukiran atau pegangan dan dimasukkan kembali ke dalam warongko.
0 Comments