Sesungguhnya, petualangan dan wisata mistik di makam keramat Lokajaya adalah di luar rencanaku, dan aku merasa bahwa kejadian ini menjadi sangat luar biasa. Sebab, aku belum pernah menjejakkan kaki di desa Somongari meskipun satu kali, apalagi mengetahui tentang seluk-beluk dan apa pun tentang semua hal yang terkait desa itu, namun aku nekad melakukannya. Perbuatanku kali ini adalah pertama dalam sejarah di hidupku.
Mungkin anda akan menilai bahwa kejadian tersebut adalah lumrah. Namun, anda akan mengetahui perbedaan itu tatkala anda melakukan perbuatan seperti yang aku lakukan.
Sebetulnya, awal tujuanku adalah bukan untuk melakukan petualangan di makam keramat Lokajaya. Akan tetapi, tujuanku adalah mensurvai lokasi air terjun silangit. Singkat cerita, ketika perjalananku dari kota Purworejo hingga mulai masuk ke jalur utama di desa Somongari, aku merasakan suasana yang aneh dan tidak seperti biasa ketika aku dalam perjalanan di desa lain. Penduduk desa Somongari sangat ramah terhadap pengguna jalan dimana saat aku temui mereka di jalan untuk melakukan berbagai kepentingan mereka. Setiap aku bertemu dengan penduduk setempat, mereka memberikan senyum tanda persahabatan
Sepanjang perjalanan menuju desa Somongari dipenuhi dengan jalan tikungan. Ketika perjalananku hampir mendekati desa Somongari, aku melihat sebuah pohon besar di sebelah kanan jalan, tertulis " Wajib Bunyikan Klakson ". Akan tetapi, aku tidak membunyikan klakson. Dalam hatiku bicara, andai ada makhluk halus di tengah jalan, maka aku akan tabrak dia. Salah dia sendiri, buat apa main-main di tengah jalan raya.
Aku termasuk orang yang tidak menyukai tahayul, meskipun beberapa orang pernah menceritakan kejadian aneh seperti mobil masuk jurang atau menabrak pohon sebagai akibat tidak membunyikan klakson tatkala ada peringatan seperti pada pohon besar yang aku temui tadi. Bagiku, orang yang mengalami kecelakaan seperti itu adalah alibi untuk melindungi kesalahan dia sendiri.
Setelah aku melewati kantor desa Somongari dalam perjalananku, pada kurang lebih 100 meter setelah nya, aku melihat papan nama bertulis " Pesarean Eyang Lokajaya ". Kemudian pandanganku tertuju pada sebuah pohon besar yang tumbuh ujung sebuah bukit. Mungkin itu lokasi makam seperti yang dimaksud dalam tulisan di papan nama tersebut. Lalu, aku bertanya pada orang yang secara kebetulan lewat di depanku dan dia mengangguk sebagai tanda adalah benar. Pada diriku, timbul rasa penasaran yang sangat untuk mengetahui, ada apakah di sana ?
Lalu, aku parkir sepeda motor di pinggir jalan, dekat dengan papan nama itu. Aku siapkan peralatan kamera yaitu sebuah handycam yang aku beli baru, meski dengan harga murah namun punya kualitas gambar yang lumayan. Setelah aku tengak-tengok kanan dan kiri sepi tak ada orang, lalu aku segera naik ke bukit yang bentuk jalan sudah dibangun setapak dan cukup bagus untuk pejalan kaki.
Sebenarnya, jika aku mengambil dan mengikuti jalan setapak, aku tidak tersesat dan dikepung oleh banyak kuburan sehingga membuat aku merasa kesulitan untuk mencari jalan yang nyaman menuju makam keramat Lokajaya.
Namun, aku sudah terlanjur mengambil jalan ini dan terpaksa harus melompati beberapa kuburan meski dengan susah payah serta aku merasa kuatir jika salah satu kakiku mengalami kejeblos, karena terdapat beberapa kuburan yang sudah sangat kuno dengan kayu nisan yang sudah sangat rapuh akibat dimakan rayap.
Selain itu, jarak antara kuburan satu dengan yang lain adalah sangat rapat sehingga menambah kesulitan pada diriku tatkala berjalan menuju rumah tua, yatu rumah tempat makam Lokajaya.
Setelah sukses dan melewati beberapa kesulitan, akhirnya aku sampai juga di sebuah rumah tua bercat putih. Di depan rumah tua itu, ada sebuah pohon besar yang mungkin sudah berumur ratusan atau bahkan ribuan tahun sehingga menambah suasana angker dan menyeramkan. Di area pojok rumah tua tersebut ada tumpukan tikar dan sebuah kitab dengan huruf arab tetapi bukan al-qur'an.
Muncul rasa penasaranku untuk mengetahui, apa sesuatu di dalam rumah tua ini ? Segera aku lepas sepatu dan aku membuka grendel yang mengait pada pintu masuk. Bau harum dicampur dupa mulai menyesakkan hidungku tatkala pintu mulai aku buka. Memang, aku melihat bakaran dupa dan minyak wangi berada di bawah makam Lokajaya. Bentuk makam seperti gundukan tanah yang hitam kehijauan akibat ditumbuhi lumut. Namun, sebagian nisan masih dalam bentuk kayu.
Kayu nisan yang ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa membuat aku ingat tentang bentuk makam Nyi Krandeg Srisik karena bentuk makam seperti ini sangat similiar sekali. Mungkinkah Lokajaya adalah salah satu orang yang hidup pada jaman kerajaan tempo dulu ? Untuk menghilangkan rasa penasaran, aku harus mencari informasi terkait siapakah Lokajaya ini, dan kenapa ada kitab dengan huruf arab di sekitar area makam.
Setelah rasa penasaranku cukup sembuh, aku segera menutup pintu pada rumah tua makam Lokajaya dan segera turun dari bukit horor ini. Kali ini, aku tidak salah dalam mengambil jalan karena memang ada jalan khusus yang menuju area makam ini, bentuk jalan sudah dibuat setapak dan halus sehingga aku tidak mengalami dikepung kuburan seperti saat aku salah mengambil jalan masuk tadi.
Kupacu sepeda motorku menuju kerumunan orang dimana mereka sedang sibuk membuat aneka hiasan dalam rangka upacara sekaten. Kemudian, aku mendekati salah satu warga desa Somongari dan dia memberikan sedikit keterangan tentang sejarah dan asal-usul Lokajaya.
Lokajaya adalah salah satu prajurit majapahit pada era Brawijaya 7 dimana beliau ( Lokajaya ) adalah seorang pelarian akibat runtuhnya kerajaan Majapahit setelah mengalami kekalahan saat perang melawan kerajaan Demak. Lokajaya melarikan diri dan membangun sebuah desa yang dinamakan Somongari. Jadi, Lokajaya adalah pepunden atau cikal-bakal desa Somongari dan juga tempal asal lahir dari WR Supratman, pahlawan nasional dan pencipta lagu Indonesia Raya
Jika demikian, kasus ini ada kaitannya dengan Pangeran Singonegoro ( Panembahan Ciptaning ), seorang bangsawan Majapahit di era Brawijaya ke 7 yang juga melarikan diri akibat runtuhnya Majapahit. Pangeran Singonegoro atau Penembahan Ciptaning adalah seorang resi yang juga pepunden desa umbul Jumprit. Pangeran Singonegoro melarikan diri ke daerah Temanggung, sedangkan Lokajaya melarikan diri ke Purworejo. Namun, hal ini masih butuh penelitian secara akurat untuk lebih lanjut. Salam !.
Mungkin anda akan menilai bahwa kejadian tersebut adalah lumrah. Namun, anda akan mengetahui perbedaan itu tatkala anda melakukan perbuatan seperti yang aku lakukan.
Wajib bunyikan klakson di tikungan tertentu
Sebetulnya, awal tujuanku adalah bukan untuk melakukan petualangan di makam keramat Lokajaya. Akan tetapi, tujuanku adalah mensurvai lokasi air terjun silangit. Singkat cerita, ketika perjalananku dari kota Purworejo hingga mulai masuk ke jalur utama di desa Somongari, aku merasakan suasana yang aneh dan tidak seperti biasa ketika aku dalam perjalanan di desa lain. Penduduk desa Somongari sangat ramah terhadap pengguna jalan dimana saat aku temui mereka di jalan untuk melakukan berbagai kepentingan mereka. Setiap aku bertemu dengan penduduk setempat, mereka memberikan senyum tanda persahabatan
Sepanjang perjalanan menuju desa Somongari dipenuhi dengan jalan tikungan. Ketika perjalananku hampir mendekati desa Somongari, aku melihat sebuah pohon besar di sebelah kanan jalan, tertulis " Wajib Bunyikan Klakson ". Akan tetapi, aku tidak membunyikan klakson. Dalam hatiku bicara, andai ada makhluk halus di tengah jalan, maka aku akan tabrak dia. Salah dia sendiri, buat apa main-main di tengah jalan raya.
Aku termasuk orang yang tidak menyukai tahayul, meskipun beberapa orang pernah menceritakan kejadian aneh seperti mobil masuk jurang atau menabrak pohon sebagai akibat tidak membunyikan klakson tatkala ada peringatan seperti pada pohon besar yang aku temui tadi. Bagiku, orang yang mengalami kecelakaan seperti itu adalah alibi untuk melindungi kesalahan dia sendiri.
Petualangan di makam kuno lokajaya.
Setelah aku melewati kantor desa Somongari dalam perjalananku, pada kurang lebih 100 meter setelah nya, aku melihat papan nama bertulis " Pesarean Eyang Lokajaya ". Kemudian pandanganku tertuju pada sebuah pohon besar yang tumbuh ujung sebuah bukit. Mungkin itu lokasi makam seperti yang dimaksud dalam tulisan di papan nama tersebut. Lalu, aku bertanya pada orang yang secara kebetulan lewat di depanku dan dia mengangguk sebagai tanda adalah benar. Pada diriku, timbul rasa penasaran yang sangat untuk mengetahui, ada apakah di sana ?
Lalu, aku parkir sepeda motor di pinggir jalan, dekat dengan papan nama itu. Aku siapkan peralatan kamera yaitu sebuah handycam yang aku beli baru, meski dengan harga murah namun punya kualitas gambar yang lumayan. Setelah aku tengak-tengok kanan dan kiri sepi tak ada orang, lalu aku segera naik ke bukit yang bentuk jalan sudah dibangun setapak dan cukup bagus untuk pejalan kaki.
Dikepung oleh banyak kuburan.
Sebenarnya, jika aku mengambil dan mengikuti jalan setapak, aku tidak tersesat dan dikepung oleh banyak kuburan sehingga membuat aku merasa kesulitan untuk mencari jalan yang nyaman menuju makam keramat Lokajaya.
Namun, aku sudah terlanjur mengambil jalan ini dan terpaksa harus melompati beberapa kuburan meski dengan susah payah serta aku merasa kuatir jika salah satu kakiku mengalami kejeblos, karena terdapat beberapa kuburan yang sudah sangat kuno dengan kayu nisan yang sudah sangat rapuh akibat dimakan rayap.
Selain itu, jarak antara kuburan satu dengan yang lain adalah sangat rapat sehingga menambah kesulitan pada diriku tatkala berjalan menuju rumah tua, yatu rumah tempat makam Lokajaya.
Rumah tua makam Lokajaya
Setelah sukses dan melewati beberapa kesulitan, akhirnya aku sampai juga di sebuah rumah tua bercat putih. Di depan rumah tua itu, ada sebuah pohon besar yang mungkin sudah berumur ratusan atau bahkan ribuan tahun sehingga menambah suasana angker dan menyeramkan. Di area pojok rumah tua tersebut ada tumpukan tikar dan sebuah kitab dengan huruf arab tetapi bukan al-qur'an.
Muncul rasa penasaranku untuk mengetahui, apa sesuatu di dalam rumah tua ini ? Segera aku lepas sepatu dan aku membuka grendel yang mengait pada pintu masuk. Bau harum dicampur dupa mulai menyesakkan hidungku tatkala pintu mulai aku buka. Memang, aku melihat bakaran dupa dan minyak wangi berada di bawah makam Lokajaya. Bentuk makam seperti gundukan tanah yang hitam kehijauan akibat ditumbuhi lumut. Namun, sebagian nisan masih dalam bentuk kayu.
Kayu nisan yang ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa membuat aku ingat tentang bentuk makam Nyi Krandeg Srisik karena bentuk makam seperti ini sangat similiar sekali. Mungkinkah Lokajaya adalah salah satu orang yang hidup pada jaman kerajaan tempo dulu ? Untuk menghilangkan rasa penasaran, aku harus mencari informasi terkait siapakah Lokajaya ini, dan kenapa ada kitab dengan huruf arab di sekitar area makam.
Setelah rasa penasaranku cukup sembuh, aku segera menutup pintu pada rumah tua makam Lokajaya dan segera turun dari bukit horor ini. Kali ini, aku tidak salah dalam mengambil jalan karena memang ada jalan khusus yang menuju area makam ini, bentuk jalan sudah dibuat setapak dan halus sehingga aku tidak mengalami dikepung kuburan seperti saat aku salah mengambil jalan masuk tadi.
Kupacu sepeda motorku menuju kerumunan orang dimana mereka sedang sibuk membuat aneka hiasan dalam rangka upacara sekaten. Kemudian, aku mendekati salah satu warga desa Somongari dan dia memberikan sedikit keterangan tentang sejarah dan asal-usul Lokajaya.
Sejarah Lokajaya
Lokajaya adalah salah satu prajurit majapahit pada era Brawijaya 7 dimana beliau ( Lokajaya ) adalah seorang pelarian akibat runtuhnya kerajaan Majapahit setelah mengalami kekalahan saat perang melawan kerajaan Demak. Lokajaya melarikan diri dan membangun sebuah desa yang dinamakan Somongari. Jadi, Lokajaya adalah pepunden atau cikal-bakal desa Somongari dan juga tempal asal lahir dari WR Supratman, pahlawan nasional dan pencipta lagu Indonesia Raya
Jika demikian, kasus ini ada kaitannya dengan Pangeran Singonegoro ( Panembahan Ciptaning ), seorang bangsawan Majapahit di era Brawijaya ke 7 yang juga melarikan diri akibat runtuhnya Majapahit. Pangeran Singonegoro atau Penembahan Ciptaning adalah seorang resi yang juga pepunden desa umbul Jumprit. Pangeran Singonegoro melarikan diri ke daerah Temanggung, sedangkan Lokajaya melarikan diri ke Purworejo. Namun, hal ini masih butuh penelitian secara akurat untuk lebih lanjut. Salam !.
0 Comments